Baru-baru ini satu batang pohon dalam bahasa Dayak disebut Bajakah menjadi perhatian masyarakat.
Saat ini, tanaman khas Bajakah di Kalimantan Tengah telah terbukti menyembuhkan kanker payudara sedang.
Kayu Bajakah menjadi populer setelah tiga siswa sekolah menengah dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah memenangkan medali emas di Korea Selatan, berkat penelitiannya mengenai manfaatnya dalam penyembuhan kanker payudara.
Saat ini, pengobatan kanker masih dilakukan melalui kemoterapi atau pembedahan untuk menyingkirkan sel-sel kanker yang menggerogoti tubuh.
Penemuan kemanjuran dimulai pada 2018, ketika tiga siswa dari SMA Negeri 2 Palangkaraya melakukan penelitian tentang kayu bajakan.
Awalnya, bajakah diproses secara sederhana sampai dilakukan uji laboratorium resmi pada kandungan bajakah di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Mei 2019.
Hasilnya, akar yang terbukti mengandung antioksidan yang melimpah dan bisa menjadi obat kanker.
Untuk mengolah tanaman bajakan menjadi obat kanker, prosesnya dilakukan melalui pengeringan dengan bantuan sinar matahari.
Setelah itu, potong tanaman yang sudah kering.
Lalu, tumbuk sampai halus dan rebus.
Satu gram bubuk rebus direbus dengan air selama 30 menit dan minum air rebusan itu di minum setiap hari.
Rasa rebusan dengan air memiliki warna seperti teh dan berasa hambar.
Namun, hanya meminumnya dalam waktu dua bulan dapat mengangkat tumor.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/8/2019), untuk memastikan bahwa bajakah benar-benar dapat menyembuhkan kanker pada manusia, dibutuhkan sejumlah fase dan tahapan.
Demikian dikatakan Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. Dr. Aru Sudoyo. Dia mengatakan mengklaim bahwa kanker sebagai obat kanker membutuhkan lebih dari percobaan tikus.
"Karena cobaan pada tikus dan manusia berbeda," kata Prof. Aru.
Setidaknya, ada 5 fase uji klinis obat kanker untuk manusia.
Untuk harga, dari sejumlah pedagang toko online yang berjualan kayu bajakah, Dijual online, dengan harga kayu Bajakah yang bervariasi mulai dari Rp. 100.000 hingga Rp. 2 juta per batang.
Sumber: tribunnews.com
image from: doktersehat.com
Saat ini, tanaman khas Bajakah di Kalimantan Tengah telah terbukti menyembuhkan kanker payudara sedang.
Kayu Bajakah menjadi populer setelah tiga siswa sekolah menengah dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah memenangkan medali emas di Korea Selatan, berkat penelitiannya mengenai manfaatnya dalam penyembuhan kanker payudara.
Saat ini, pengobatan kanker masih dilakukan melalui kemoterapi atau pembedahan untuk menyingkirkan sel-sel kanker yang menggerogoti tubuh.
Penemuan kemanjuran dimulai pada 2018, ketika tiga siswa dari SMA Negeri 2 Palangkaraya melakukan penelitian tentang kayu bajakan.
Awalnya, bajakah diproses secara sederhana sampai dilakukan uji laboratorium resmi pada kandungan bajakah di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Mei 2019.
Hasilnya, akar yang terbukti mengandung antioksidan yang melimpah dan bisa menjadi obat kanker.
Untuk mengolah tanaman bajakan menjadi obat kanker, prosesnya dilakukan melalui pengeringan dengan bantuan sinar matahari.
Setelah itu, potong tanaman yang sudah kering.
Lalu, tumbuk sampai halus dan rebus.
Satu gram bubuk rebus direbus dengan air selama 30 menit dan minum air rebusan itu di minum setiap hari.
Rasa rebusan dengan air memiliki warna seperti teh dan berasa hambar.
Namun, hanya meminumnya dalam waktu dua bulan dapat mengangkat tumor.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/8/2019), untuk memastikan bahwa bajakah benar-benar dapat menyembuhkan kanker pada manusia, dibutuhkan sejumlah fase dan tahapan.
Demikian dikatakan Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. Dr. Aru Sudoyo. Dia mengatakan mengklaim bahwa kanker sebagai obat kanker membutuhkan lebih dari percobaan tikus.
"Karena cobaan pada tikus dan manusia berbeda," kata Prof. Aru.
Setidaknya, ada 5 fase uji klinis obat kanker untuk manusia.
Untuk harga, dari sejumlah pedagang toko online yang berjualan kayu bajakah, Dijual online, dengan harga kayu Bajakah yang bervariasi mulai dari Rp. 100.000 hingga Rp. 2 juta per batang.
Sumber: tribunnews.com